Disebuah pernikahan seorang kerabat, kita sekeluarga
berkumpul sambil becanda dan makan. Makanan yang disajikan waktu itu adalah
soto. Saat itu kita berkomentar “Sotonya enak banget yah…
sedep..”. Nggak lama sepupu saya menunjuk sebuah plastic besar didalam lemari
kaca dekat dapur… JREEENGG… satu kantung
plastic besar dengan logo AJINOMOTO.
*kemudianhening*
Jaman dahulu di Jepang, mereka menggunakan rumput laut Laminaria
japonica sebagai bahan masakan tambahan untuk memberikan sebuah rasa yang
disebut UMAMI. Uma yang artinya Sedap dan Mi yang artinya rasa. Cita rasa Umami
ini adalah bentukan rasa lain selain asam, asin, manis dan pahit. Mungkin kalo
di Indonesia disebut GURIH.
Pada awal 1900an, seorang professor bernama Kikunae Ikeda
berhasil menemukan substansi dari rumput laut tersebut dan mematenkannya dengan
nama Monosodium Glutamat atau MSG. Dan pada tahun 1909, MSG diproduksi missal di
Jepang dalam brand AJI-NO-MOTO yang artinya Intisari dari Rasa.
Kontroversi MSG
Amerika Serikat dengan FDA-nya menetapkan bahwa MSG itu Generally
Recognized as Safe dan oleh European Union dikategorikan sebagai Food Additive.
Di Indonesia sendiri, MSG juga dimasukan kategori Aman Dikonsumsi oleh BPOM.
Namun diberbagai organisasi nirlaba independen juga banyak
dilakukan penelitian, seperti Greenberg pada tahun Greenberg pada 1973, Snapir
juga pada tahun yang sama, Baptist pada 74 sampai yang dilakukan oleh Dr. Iwan
T Budiarso beberapa tahun belakangan ini.
Pada penelitian-penelitian tersebut memiliki kesamaan
bahwa MSG berpengaruh terhadap Ginjal
dan Perkembangan Otak serta perkembangan fisik manusia. Bahkan banyak juga
penelitian yang mengatakan bahwa MSG bisa menjadi pemicu kanker.
Untuk menengahi perdebatan itu, WHO melakukan penelitian pada
tahun 1970 dan menyatakan bahwa MSG aman dikonsumsi dengan batas 6mg/kg berat
badan manusia/hari.
Satu hal yang lebih lucu lagi saya dengar dari seorang
kenalan yang bekerja pada perusahaan mie instan terbesar di Indonesia. Beliau
bilang bahwa rasa mie instan di Indonesia itu udah paling enak. Yang produksi
luar Indonesia sih pasti kalah enak. Ketika saya Tanya kenapa, beliau jawab ya
karena regulasinya tidak jelas sehingga kandungan MSG di mie instan tersebut bisa bebas.
MSG di rumah.
MSG sendiri di Indonesia sudah menjadi bumbu dapur yang
biasa. Diantara garam, gula, lada dan lain-lain pasti ada MSG. Coba deh ke
dapur dan lihat rak bumbu. Sebagian besar pasti bisa menemukan MSG. Banyak orang malah nggak PD kalo masak gak
pake MSG. Rasanya cemplang. Kurang nendang. Begitu katanya.
Coba jajan dijalan, lihat pedagang nasi goring tek tek,
perhatikan setiap porsinya minimal memasukkan dua sendok the MSG. Atau yang
lebih parah adalah tukang bakwan malang gerobak hijau itu. Saat membuat pesanan
biasanya ia membubuhkan MSG ke dalam mangkok kosong, kemudian meletakkan bakso
bakwan yang proses pembuatannya PASTI pakai MSG. Setelah itu ia menuangkan Kuah
yang gak mungkin enggak pakai MSG. Itu seperti makan MSG tapi dikali 3.
Jadi?
Diluar semua kontroversi ilmiah itu apa yang seharusnya kita
lakukan?
Kalau buat saya, pakai saja Common sense. Lihat reaksi
tubuh. Apa yang terjadi ketika mengkonsumsi makanan dengan MSG? Kalau saya
setiap sehabis makan masakan yang ber MSG. Seprti Duck King, Ta’wan, pasti
badan rasanya nggak enak. Keleyengan, mual, pusing, haus dan berkeringat
dingin. Itu yang disebut Chinese Restaurant
Syndrome oleh Robert
Ho Man Kwok.
Sebetulnya Chinese Restaurant Syndrome itu juga bisa jadi indikasi bahwa seseorang kekurangan vitamin B-6. Coba makan lebih banyak pisang, oat, dan dada ayam.
Dengan common sense awam diatas saya memutuskan untuk
berhenti menggunakan MSG.
Kalau memang ingin rasa Umami, sebetulnya banyak makanan yang
kaya akan rasa Umami. Contohnya adalah ikan, daging, jamur, tomat, bayam, atau
green tea.
Pada masakan Jepang, mereka menggunakan kuah Dashi sebagai
penyedap masakan, kuah dashi itu dibuat dari campuran rumput laut Laminaria
japonica, ikan bonita yang sudah kering dan diiris tipis-tipis atau ikan sardine
kecil yang sudah dikeringkan.
Sedangkan di Indonesia, untuk sekedar menambah rasa umami,
kita lebih kaya lagi. Kita bisa mengganti MSG dengan menambahkan Ebi, udang
kering, atau terasi. Lagian juga Indonesia punya banyak bumbu dapur yang lebih
dahsyat seperti laos, jahe,salam, lengkuas, bawang, kunyit, kapulaga, cengkeh,
kluwek, kedelai, dan masih banyak lagi.
Atau bisa juga bikin kaldu ayam dan sapi sendiri dengan cara merebus daging dan tulang ayam atau sapi tersebut hingga berjam-jam. Setelah itu bekukan menjadi ice block kecil-kecil. Kalo butuh tinggal ambil dan cemplungin. Daripada beli Maggi Block.
Perhatikan juga label makanan, karena kata-kata bebas MSG itu bisa menyesatkan. MSG bisa berkamuflase menjadi bermacam nama. Nama-nama itu adalah E621, autolysed yeast extract, sodium caseinate, glutamic acid, seasonings, hydrolysed protein, hydrolyzed pea protein, natural beef or chicken flavourings, natural flavourings, monopotassium glutamate, glutavene, glutacyl or calcium caseinate.
Jadi semoga setelah baca ini kita semua berani berkata ke istri-istri kita:
Get those MSG out of
my kitchen!
Ummm… Mie Instannya-nya
jangan deh. Biarin dulu aja.
Diambil dari berbagai sumber.