analytics

November 05, 2011

Generasi MSG!


Disebuah pernikahan seorang kerabat, kita sekeluarga berkumpul sambil becanda dan makan. Makanan yang disajikan waktu itu adalah soto.  Saat itu  kita berkomentar “Sotonya enak banget yah… sedep..”. Nggak lama sepupu saya menunjuk sebuah plastic besar didalam lemari kaca dekat dapur… JREEENGG…  satu kantung plastic besar dengan logo AJINOMOTO.
*kemudianhening*


Jaman dahulu di Jepang, mereka menggunakan rumput laut Laminaria japonica sebagai bahan masakan tambahan untuk memberikan sebuah rasa yang disebut UMAMI. Uma yang artinya Sedap dan Mi yang artinya rasa. Cita rasa Umami ini adalah bentukan rasa lain selain asam, asin, manis dan pahit. Mungkin kalo di Indonesia disebut GURIH.


Pada awal 1900an, seorang professor bernama Kikunae Ikeda berhasil menemukan substansi dari rumput laut tersebut dan mematenkannya dengan nama Monosodium Glutamat atau MSG. Dan pada tahun 1909, MSG diproduksi missal di Jepang dalam brand AJI-NO-MOTO yang artinya Intisari dari Rasa.

Kontroversi MSG
Amerika Serikat dengan FDA-nya menetapkan bahwa MSG itu Generally Recognized as Safe dan oleh European Union dikategorikan sebagai Food Additive. Di Indonesia sendiri, MSG juga dimasukan kategori Aman Dikonsumsi oleh BPOM.

Namun diberbagai organisasi nirlaba independen juga banyak dilakukan penelitian, seperti Greenberg pada tahun Greenberg pada 1973, Snapir juga pada tahun yang sama, Baptist pada 74 sampai yang dilakukan oleh Dr. Iwan T Budiarso beberapa tahun belakangan ini.

Pada penelitian-penelitian tersebut memiliki kesamaan bahwa  MSG berpengaruh terhadap Ginjal dan Perkembangan Otak serta perkembangan fisik manusia. Bahkan banyak juga penelitian yang mengatakan bahwa MSG bisa menjadi pemicu kanker.

Untuk menengahi perdebatan itu, WHO melakukan penelitian pada tahun 1970 dan menyatakan bahwa MSG aman dikonsumsi dengan batas 6mg/kg berat badan manusia/hari.

Satu hal yang lebih lucu lagi saya dengar dari seorang kenalan yang bekerja pada perusahaan mie instan terbesar di Indonesia. Beliau bilang bahwa rasa mie instan di Indonesia itu udah paling enak. Yang produksi luar Indonesia sih pasti kalah enak. Ketika saya Tanya kenapa, beliau jawab ya karena regulasinya tidak jelas sehingga kandungan MSG di  mie instan tersebut bisa bebas.

MSG di rumah.
MSG sendiri di Indonesia sudah menjadi bumbu dapur yang biasa. Diantara garam, gula, lada dan lain-lain pasti ada MSG. Coba deh ke dapur dan lihat rak bumbu. Sebagian besar pasti bisa menemukan MSG.  Banyak orang malah nggak PD kalo masak gak pake MSG. Rasanya cemplang. Kurang nendang. Begitu katanya.

Coba jajan dijalan, lihat pedagang nasi goring tek tek, perhatikan setiap porsinya minimal memasukkan dua sendok the MSG. Atau yang lebih parah adalah tukang bakwan malang gerobak hijau itu. Saat membuat pesanan biasanya ia membubuhkan MSG ke dalam mangkok kosong, kemudian meletakkan bakso bakwan yang proses pembuatannya PASTI pakai MSG. Setelah itu ia menuangkan Kuah yang gak mungkin enggak pakai MSG. Itu seperti makan MSG tapi dikali 3.

Jadi?
Diluar semua kontroversi ilmiah itu apa yang seharusnya kita lakukan?
Kalau buat saya, pakai saja Common sense. Lihat reaksi tubuh. Apa yang terjadi ketika mengkonsumsi makanan dengan MSG? Kalau saya setiap sehabis makan masakan yang ber MSG. Seprti Duck King, Ta’wan, pasti badan rasanya nggak enak. Keleyengan, mual, pusing, haus dan berkeringat dingin. Itu yang disebut Chinese Restaurant Syndrome oleh Robert Ho Man Kwok.


Sebetulnya Chinese Restaurant Syndrome itu juga bisa jadi indikasi bahwa seseorang kekurangan vitamin B-6. Coba makan lebih banyak pisang, oat, dan dada ayam.

Dengan common sense awam diatas saya memutuskan untuk berhenti menggunakan MSG.
Kalau memang ingin rasa Umami, sebetulnya banyak makanan yang kaya akan rasa Umami. Contohnya adalah ikan, daging, jamur, tomat, bayam, atau green tea.

Pada masakan Jepang, mereka menggunakan kuah Dashi sebagai penyedap masakan, kuah dashi itu dibuat dari campuran rumput laut Laminaria japonica, ikan bonita yang sudah kering dan diiris tipis-tipis atau ikan sardine kecil yang sudah dikeringkan.

Sedangkan di Indonesia, untuk sekedar menambah rasa umami, kita lebih kaya lagi. Kita bisa mengganti MSG dengan menambahkan Ebi, udang kering, atau terasi. Lagian juga Indonesia punya banyak bumbu dapur yang lebih dahsyat seperti laos, jahe,salam, lengkuas, bawang, kunyit, kapulaga, cengkeh, kluwek, kedelai, dan masih banyak lagi.


Atau bisa juga bikin kaldu ayam dan sapi sendiri dengan cara merebus daging dan tulang ayam atau sapi tersebut hingga berjam-jam. Setelah itu bekukan menjadi ice block kecil-kecil. Kalo butuh tinggal ambil dan cemplungin. Daripada beli Maggi Block.


Perhatikan juga label makanan, karena kata-kata bebas MSG itu bisa menyesatkan. MSG bisa berkamuflase menjadi bermacam nama. Nama-nama itu adalah E621, autolysed yeast extract, sodium caseinate, glutamic acid, seasonings, hydrolysed protein, hydrolyzed pea protein, natural beef or chicken flavourings, natural flavourings, monopotassium glutamate, glutavene, glutacyl or calcium caseinate.

Jadi semoga setelah baca ini kita semua berani berkata ke istri-istri kita:


Get those MSG out of my kitchen!
Ummm… Mie Instannya-nya jangan deh. Biarin dulu aja.


Diambil dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment