analytics

October 13, 2011

Warung Sate Keroncong Gang Lele



Jatinegara matraman merupakan sebuah daerah yang penuh dengan bangunan-bangunan tua. Daerah jatinegara matraman juga bukan merupakan daerah yang cukup akrab bagi penduduk jakarta, terutama yang berdomisili diselatan jakarta. Namun saya sendiri cukup akrab dengan matraman karena sewaktu bertempat tinggal di daerah senen, matraman merupakan akses yang cukup sering dilintasi.

Selain menyimpan banyak bangunan dan juga cerita tua bersejarah, matraman juga "menyembunyikan" sebuah warung sate yang berdiri pada tahun 1965. 

Warung Sate milik Haji Kirmadi ini terletak di Jl. Matraman Raya 224. Tepatnya di Gang Lele. Warung Sate ini disebut Warung Sate Keroncong karena kita akan dihibur oleh trio yang mengalunkan musik asal portugis. Melalui instrument gitar, contra bass dan juga ukulele, mereka mengalunkan musik-musik kerongcong dengan lafal yang lebih condong ke keroncong jawa ketimbang keroncong Jakarta (betawi).

Warung yang terlalu "akrab" ini tidak menyediakan banyak menu, hanya sate, gulai dan tongseng saja. Saat itu saya dan istri saya memiliki ekspektasi yang terlampau tinggi karena sebelumnya kawan merekomendasikan dengan sangat warung sate ini. Dan orang yang merekomendasikannya juga seorang yang sangat kami percaya dalam perihal makanan tradisional.

Seperti layaknya tukang sate dan tongseng, mereka masak dengan menggunakan arang sehingga asap bercampur dengan aroma kuah tongseng menggelitik perut kami. Tapi ternyata perut kami memang sengaja dibiarkan menggelitik agak lama karena pelayanannya yang lama. Walau padahal tidak banyak pengunjung saat itu. Kami datang hari minggu pukul 11 sehingga kebanyakan yang datang adalah orang-orang yang mengaku berolahraga tapi makan kambing.

Akhirnya makanan tiba, sate kambing yang disajikan memiliki potongan-potongan yang cukup besar. Dengan bersukacita kami langsung memakan daging-daging yang terbakar dengan sempurna tersebut, tetapi ternyata ketika daging tersebut memasuki mulut kami, wah agak alot. Mungkin untuk ukuran sate cukup empuk, tetapi untuk sate dengan popularitas seperti ini bisa dibilang keras. Jauh lebih empuk sate bang yaya (ini direview berikutnya ya :P  ).

Baiklah, sate mungkin sedikit mengecewakan. Bagaimana dengan tongsengnya. 

Hmmmm...  Warung tongseng ini bisa dibilang generous untuk potongan dagingnya. Daging dengan potongan besar-besar memenuhi piring beradu dengan kuah dan potongan kol. Namun begitu juga ketika sendok masuk ke dalam mulut. Rasanya pun agak cemplang kalau ibu saya bilang. Kurang berani sehingga pada akhirnya saya terpaksa menambahkan kecap untuk menambah rasanya. Walau rempah-rempahnya terasa agak kuat, tetapi tetap kurang "dang!!!" gitu. Potongan daging besar dan banyak didalamnya pun tidak banyak membantu karena daging tersebut menyerupai dengan daging di satenya. Agak Alot. Tongseng Pak Min di tebet masih lebih enak (ini saya tulis nanti juga ya).

Untuk harga kita perlu mengeluarkan Rp 30.000 untuk 10 tusuk sate. Tongseng kambing Rp 25.000. Sedangkan untuk gulai kambingnya saya lupa, mungkin lebih murah sedikit. Memang mahal tetapi cukup layak untuk potongan daging besar dan juga pengalaman menariknya.

Silahkan....


Petunjuk Arah:
Dari arah matraman ke jatinegara. Saat mendekati gereja st joseph tua yang membelah jalan, ambil kanan jalan. Terus saja lewati polres jatinegara dan hotel alia. Ada gang lele disebelah kanan. Parkir dipinggirjalan besar saja.


No comments:

Post a Comment